Soal dan Pembahasan PAI Perguruan Tinggi BAB 6 Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia? - KAPAS

Soal dan Pembahasan PAI Perguruan Tinggi BAB 6 Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia?


Nama  : Anggi Dwi Kurniawan
NPM   : 1915061021
MK     : Pendidikan Agama Islam

Tugas 1
Lakukan  kajian  dengan membandingkan  dua  corak  (high dan low tradition) Islam!  Coba Anda  identifikasi  ciri  masing-masing  dan sebutkan  implikasinya  terhadap  kehidupan beragama (Islam)!  Dalam  konteks  keindonesiaan  bagaimana  Islam harus  diartikulasikan?
Jawab :
Islam Murni (High Tradition) ialah teks-teks keislaman seperti al-Qur’an, al-hadits, dan sumber-sumber lain yang berasal dari dua kitab tersebut, seperti kitab tafsir, syarah, fiqih, filsafat, tasawuf, atau ushuluddin. Islam adalah firman Tuhan yang menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang paling mengetahui seluruh maksud, arti, dan makna setiap firman-Nya. Oleh karena itu. kebenaran Islam high tradition ini adalah Mutlak. Islam dalam makna high tradition biasanya bersifat normatif, ideal. Selalu dikaitkan dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim. Apabila Islam dalam aspek ini berbicara tetang kepemimpinan, maka yang dituntut bagi seorang calon pemimpin adalah sifat-sifat yang melekat pada nabi Muhammad, yaitu: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig (transparansi), dan fathanah (cerdas dalam bidangnya).
Sedangkan Islam low tradition adalah praktik keberagamaan yang dilakukan oleh umat muslim di seluruh dunia. Bagaimana umat muslim mengaplikasikan agamanya, tentu beragam coraknya. Pada low tradition, Islam yang terkandung dalam nash atau teks-teks suci dengan realitas sosial pada berbagai masyarakat yang berbeda-beda secara kultural. Islam dalam kandungan nash atau teks-teks suci dibaca, dimengerti, dipahami, kemudian ditafsirkan dan dipraktikkan dalam masyarakat yang situasi dan kondisinya berbeda-beda. Dari itu muncullah istilah Islam dalam berbagai kekhasan tradisinya. Ada Islam Jawa, Islam Banjar, Islam Sumatera, Islam Sulawesi, dan Islam Indonesia jika yang dimaksud Islam dalam konteks bangsa. Berbeda dengan High Tradition, Islam dalam Low tradition penerapannya mengikuti aturan budaya yang berlaku di daerah tersebut. Contohnya masyarakat Jawa yang melakukan kenduri/yasinan setiap malam Jumat.
Namun, dalam penerapannya Islam di Indonesia merupakan Islam Low tradition yang berpegang teguh pada High Tradition supaya tidak terjerumus dalam kesesatan. Meskipun sebagian ulama berpendapat bahwa beberapa ajaran yang berlaku di masyarakat merupakan bid’ah. Namun, yang terpenting adalah mencoba untuk mengendalikan diri dan berlapang dada dalam menghadapi perbedaan, mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait, dan mendahulukan tindakan yang masuk akal.


Tugas 2
āyāt-āyāt  muḫkamāt.  dan  āyāt-āyāt  mutasyābihāt. Lakukan  eksplorasi  mengenai  kedua istilah  tersebut! Tampilkan  peta  yang menunjukkan  identifikasi  perbedaan keduanya  dan  implikasinya  amaliah  keagamaan yang mungkin  dapat  berkembang  dari  keduanya!  Lalu bagaimana sikapmu?
Jawab :
Muhkamat adalah ayat yang bisa dilihat pesannya dengan gamblang atau dengan melalui ta’wil, karena ayat yang di-ta’wil mengandung pengertian lebih dari satu kemungkinan. Sedangkan mutasyabih atau mutasyabihat adalah ayat-ayat yang pengertian pastinya hanya diketahui oleh Allah swt. Misalnya saat datangnya hari kiamat, dan makna huruf-huruf munqatha’ah. Seperti Alif-Laam-Miim, dan lain sebagainya.
Barangkali tidak keliru jika dikatakan bahwa tujuan dari ayat muhkam dan mutasyabih adalah mengantar setiap muslim untuk berhati-hati ketika menafsirkan ayat Al Quran. Terlebih ayat mutasyabih, seperti halnya ucapan seorang ibu kepada anaknya “di jalan banyak duri” tanpa menyebutkan di mana lokasi duri tersebut. Tujuannya tidak lain adalah agar sang anak berhati-hati dalam setiap langkahnya agar tidak menginjak duri tersebut. Ayat muhkam menjadi patokan dalam penafsiran ayat mutasyabih.
Sikap saya sebagai seorang muslim sebaiknya lebih berhati hati dalam memahami makna ayat-ayat Al-Quran. Sebaiknya lebih giat lagi dalam mempelajari dan lebih memiliki rasa keingintahuan tentang fenomena-fenomena dan makna yang terkandung dalam kitab suci ini.

Tugas 3
Menelusuri  lebih  lanjut  argumen  para  ulama  dan cendekiawan  muslim  terkait  dengan  historisitas  wahyu  Al-Quran!  Rujuklah  referensi  karya  ulama  dan  cendekiawan terkemuka.
Jawab :
Adapun argumen para ulama dan cendekiawan muslim terkait dengan historis wahyu Al-Quran adalah sebagai berikut :
1.     ”Al-Quran adalah jaring untuk menangkap jiwa manusia. Seperti ikan, manusia berenang dari satu tempat ke tempat lain, dan Tuhan memasang jaring ke dalam mana manusia terjerat, demi kebahagiaannya sendiri.” (Fritjof Schuon).
2.     “Tak seorang pun dalam Islam yang berhak mengklaim sebagai otoritas atas dan penjaga pemahaman yang tepat atas Al-Quran. Seluruh umat Islam bertanggung jawab terhadap pengabadian dan implementasi ideal-ideal Al-Quran.” (Muhammad ‘Ata al-Sid).
3.     “Al-Quran memiliki keampuhan bahasa yang tak tertandingi karena bentuk atau gayanya dan isi pesan yang dikandungnya. Kekuatan penggerak bahasa Al-Quran terletak pada kemampuan menghadirkan ide-ide ketuhanan, kemanusiaan, dan wawasan kosmik yang tak dapat diingkari.” (Komaruddin Hidayat).
4.     “Orang tak dapat memahami Al-Quran dan hadis kalau tak berpengetahuan umum. Bagaimana orang bisa mengerti bahwa segala sesuatu itu diciptakan oleh-Nya ‘berjodoh-jodohan’ [QS 51:49] kalau tak mengetahui biologi, positif dan negatif, serta aksi dan reaksi.” (Bung Karno).
5.     “Al-Quran memberikan pencerahan sepanjang zaman. Membaca Al-Quran mempunyai kenikmatan tersendiri. Al-Quran memberikan syafaat kepada mereka yang menjadikannya sebagai teman hidup.” (Ahsin Sakho Muhammad).
6.     “Al-Quran adalah pengantin wanita yang menyembunyikan wajahnya. Bila engkau membuka cadarnya dan tidak mendapatkan kebahagiaan, itu karena caramu membuka cadar telah menipu dirimu sendiri. Apabila engkau mencari kebaikan darinya, ia akan menunjukkan wajahnya, tanpa perlu kaubuka cadarnya.” (Jalaluddin Rumi).
7.     “Al-Quran mengandung prinsip-prinsip umum sains; orang dapat menurunkan pengetahuan tentang perkembangan fisik dan spiritual manusia dengan prinsip-prinsip tersebut.” (Musthafa al-Maraghi)
8.     “Untuk mengantarkanmu mengetahui rahasia ayat-ayat Al-Quran, tidak cukup engkau membacanya empat kali sehari.” (Abul A’la Maududi).
9.     “Al-Quran memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas. Ayat-ayatnya selalu terbuka untuk interpretasi baru dan tidak tertutup dalam interpretasi tunggal.” (Mohammed Arkoun).

Tugas 4
Bangunlah  sebuah  analisis-kritis  atas  substansi  yang terkandung  dalam  teks  Multitafsir!  Mengapa multitafsir pembacaan  dan  pemahaman  manusia  dapat  terjadi?  Apa implikasi  yang dapat  muncul  dan  berkembang dari  keadaan tersebut.
Jawab 
pandangan seseorang terhadap suatu kebenaran tergantung seberapa jauh ia melakukan interpretasi terhadap kebenaran itu. Ibnu Arabi (1165-1240), seperti yang dikutip oleh Alwi Shihab, mengatakan bahwa akibat perbedaan kemampuan manusia dalam memahami teks al-Qur’an maka setiap teksnya mengandung tujuh tingkatan pemahaman yang berbeda. Akurasi pemahaman Malaikat Jibril yang lebih dahulu menerima wahyu dari Allah, tentu akan berbeda dengan Nabi Muhammad ketika menerima wahyu melalui perantaraan Jibril. Kemudian para sahabat nabi akan berbeda dengan generasi umat Islam berikutnya dalam sejarah, demikian seterusnya menurut Ibnu Arabi. Karena itu, mengapa seseorang berbeda dalam memandang suatu kebenaran? karena adanya perbedaan pada interpretasi. Akibatnya, interpretasi terhadap teks-teks keagamaan memiliki corak dan cirinya masing-masing.
Implikasi dari multitafsir ini menyebabkan perbedaan pandangan dan argumen-argumen dari para ulama dalam memaknai ayat-ayat Al-Quran.  Dan lebih parahnya bisa menyebabkan saling klaim kebenaran dan menyalahkan lainnya. Sikap kita adalah tetap memberi apresiasi kepada para penafsir dan penganut fahamnya, dan kita berupaya untuk berjalan sesuai dengan syariat yang ditetapkan.


Tugas 6
Sejak lama ekspresi keberagaman umat islam di Indonesia memiliki banyak corak. Kita mengenal beberapa istilah misalnya Tradisional, konservatif, modernis, moderatis, fundamentalis, liberal, skriptualis, subtantif, dan sebagainya. Sebagai adanya penanda berbagai variasi corak ekspresi keberagaman ditengah umat islam umumnya, dan umat islam Indonesia khususnya. Coba anda telusuri tipologi-tipologi di atas, kemudian berikan deskripsi yang detail tentang karakteristik masing-masing tipologi tersebut.
Jawab :
Tradisional adalah sesuatu kebiasan yang berasal dari leluhur yang diturunkan secara turun temurun dan masih banyak dijalankan oleh masyarakat saat ini.
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. 
Modernisme adalah sebuah kecenderungan berpikir yang menyatakan bahwa manusia memiliki kekuatan untuk membuat, meningkatkan dan membentuk kembali lingkungan dengan bantuan ilmu pengetahuan, tekhnologi dan percobaan praktis.
Fundamentalisme adalah sebuah gerakan dalam sebuah aliran, paham atau agama yang berupaya untuk kembali kepada apa yang diyakini sebagai dasar-dasar atau asas-asas (fundamental).
Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Skriptualis adalah sebuah system berpikir yang didalam menilai kebenaran digunakan teks kitab.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan tentang karakteristik Islam di Indonesia. Awalnya, Islam masuk ke Indonesia secara tradisional, di mana Islam masuk melalui budaya-budaya lokal yang telah berkembang. Kemudian muncullah Islam modern yang telah menunjukkan kekuatan yang luar biasa dalam menyerukan umat Islam untuk memberikan penalaran terhadap Islam, agar segera berkemas memajukan Islam dalam berbagai bidang, terutama dalam melakukan gerakan reformasi dalam bidang sosial dan moral. Sikap keberagamaan massa Islam yang selama ini didominasi oleh praktek-praktek tradisional,  dipandang bertentangan dengan Islam itu sendiri dan tidak mampu membentengi diri dari pengaruh budaya Barat.  Untuk itu, ada ciri penting yang menjadi visi dasar modernisasi, yaitu usaha pemurnian Islam dengan cara memberantas segala yang berbau khurafat dan bid’ah, melepaskan diri dari ikatan mazhab, dan membuka kembali pintu ijtihad selebar-lebarnya dengan menggunakan intelektualitas yang kritis dalam menginterpretasi nash agar sesuai dengan perkembangan modern. Sementara kalangan fundamentalisme menolak bentuk pemahaman agama yang terlalu rasional apalagi kontekstual, sebab bagi mereka yang demikian itu tidak memberi kepastian. Karenanya, mereka memahami teks-teks keagamaan secara literal sebagai alternatif yang mereka tonjolkan. Yakni berusaha membumikan dan merasionalkan pemahaman terhadap doktrin Islam sebagai agama yang rasional dan elastisitas. Liberalisme islam di Indonesia pada dasarnya menghendaki bagaimana seharusnya umat Islam memahami islam secara komprehensif mulai dari aspek ketauhidan, syariat, muamalat dan etika. Tidak memahami islam sebatas aspek syariat saja, karena selama ini umat islam kebanyakan memahami Islam masih sebatas symbol-simbol.


Tanggapan terkait semua pertanyaan yang terdapat gambar masjid
Soal :
Tunjukkan sikap akademik Anda! Apakah Anda setuju atau tidak setuju dengan uraian teks di atas? Atau mungkin Anda memiliki cara pandang sendiri dengan memberikan tawaran mengenai cara dan menunjukkan kebenaran Islam dalam konteks historisitas masyarakat yang plural seperti di Indonesia!
Jawab :
Saya setuju dengan teks tersebut bahwa sebagai manusia sebaiknya kita tidak saling membenar-salahkan suatu perkara. Lebih baik kita melaksanakan kegiatan beragama sesuai dengan syariat. Karena aturan-aturan kehidupan beragama di setiap wilayah berbeda-beda tergantung pada wilayah dan budaya yang berkembang. Seperti di Indonesia saja memiliki berbagai persepsi tentang beragama. Contohnya NU, Muhammadiyah, LDII, dan lainnya yang memiliki pandangan masing-masing. Sebagai manusia kita tidak dibenarkan untuk saling klaim yang paling benar dan menyalahkan lainnya secara sepihak. Yang terpenting adalah kita selalu berada di jalan-Nya menjalankan perintah dan menjauhi segala larangan.

Soal :
Menjadi seorang muslim tidak berarti harus kehilangan identitas sebagai orang Indonesia. Identitas keislaman dan keindonesiaan hendaknya dapat menyatu menjadi karakter yang utuh dalam diri kita. Coba tanyakan kepada teman Anda bagaimana karakter seorang muslim? Dan bagaimana pula karakter orang Indonesia? Tanyakan lebih lanjut, bagaimana formula perpaduan karakter muslim yang Indonesia dan Indonesia yang muslim?
Jawab :
Benar bahwa menjadi seorang muslim tidak harus kehilangan identitas sebagai orang Indonesia. Karakter seorang muslim memiliki aqidah yang lurus, akhlak yang baik, berilmu pengetahuan luas dan lainnya juga dapat dipadukan dengan karakter Indonesia yang ramah tamah dan berbudaya. Contoh penerapannya dalam kehidupan dapat dilihat dari berbagai dakwah melalui budaya wayang kulit, yang merupakan salah satu budaya Indonesia. Contoh lainnya ialah Indonesia yang memiliki budaya musik dengan irama rebana dan sejenisnya dikolaborasikan dengan lantunan sholawat yang merdu.

Soal :
Tugas Anda adalah merancang sebuah peta konseptual yang menggambarkan identifikasi berbagai sikap muslim dalam menghadapi berbagai persoalan kontemporer. Dari rancangan tersebut Anda dipersilakan menunjukkan sikap ideal seorang mahasiswa muslim yang dapat ditawarkan sebagai resolusi konflik!
Jawab :
Dari berbagai sikap muslim yang telah disebutkan sikap ideal seorang mahasiswa muslim yang dapat ditawarkan sebagai resolisu konflik yang paling sesuai adalah. Sebagai manusia kita sadar bahwa agama adalah sesuatu hubungan antara manusia dengan Tuhan. Namun, agama juga bersifat sebagai pengendali berbagai situasi kehidupan yang kita alami. Oleh karenanya kita harus berpegang agama dan berprinsip bahwa agama adalah pedoman yang dapat menyelesaikan dan memberi solusi atas segala permasalahan yang sedang dihadapi.

Soal :
Lakukan analisis kritis atas substansi teks di atas! Temukan isu-isu pokok yang terkandung di dalamnya kemudian tunjukkan sikap Anda terhadap isu-isu dimaksud! Komunikasikan dengan dosen Anda untuk memperoleh penajaman lebih jauh!
Jawab :
Pokok masalah yang terlihat dari teks tersebut ialah mulai munculnya kegiatan sosial politik yang mengadopsi timur tengah dan juga cara berpakaian, yang dikhawatirkan dapat mengganggu budaya Indonesia yang telah terbentuk dari masa lalu. Sikap saya terhadap isu ini adalah boleh saja dan tidak masalah, karena sesungguhnya Islam memerintahkan kehidupan untuk berpedoman dan berpegang teguh pada Al-Quran. Bukan Maksud menyalahkan budaya yang berkembang di Indonesia namun, dapat diamati bahwa cara berpakaian di Indonesia juga banyak yang belum sesuai dengan yang diperintahkan. Kebebasan yang diterapkan membuat masyarakat bertindak sesuka hati. Hal ini juga terlihat dalam sosial politik di mana dalam Islam disebutkan bahwa setiap pemimpin harus bersikap adil. Juga dilarang membuat perkara yang merugikan umat. Namun, kenyataan di negeri ini sebaliknya, banyak pemimpin yang menyalah gunakan jabatannya. Menggunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadinya dengan hukuman yang sangat ringan. Berbeda dengan hukum Islam yang lebih memberikan efek jera.

Soal :
Coba Anda telusuri implikasi dari pemahaman di atas dalam proses pembumian Islam di Indonesia! Faktor-faktor apa saja yang kemungkinan menjadi pendukung atau penghambat?
Jawab :
Faktor filosofis menjadi pendukung proses pembumian Islam di Indonesia. Karena Islam telah masuk ke Indonesia sejak zaman dahulu dan telah menjadi agama turun temurun yang artinya semakin mudah dan semakin banyak perkembangan umat Islam karena proses revolusi manusia juga. Sementara itu dalam penerapannya dapat menjadi penghambat suksesnya pembumian Islam di Indonesia karna Islam yang secara turun temurun tidak menjamin penganutnya untuk selalu menjalankan syariat yang telah ditetapkan, bisa saja hal ini malah hanya membuat masyarakat yang berkembang hanya menyandang status Islam lahir saja, tetapi tidak dalam hatinya.

Soal :
Amati foto di atas! Islam ternyata mengandung nilai-nilai universal. Dalam konteks universal pula nabi menjadi rujukan bagi perdamaian dan kecintaan antar sesama. Deskripsikan sikap yang harus Anda bangun guna merealisasikan nilai-nilai universalitas Islam dalam konteks keindonesiaan kita!
Jawab :
Sikap yang harus dibangun untuk merealisasikan nilai-nilai Islam universal diantaranya harus selalu bersikap toleransi terhadap segala bentuk perbedaan. Di kala manusia lain mengalami musibah atau permasalahan kita harus turut berempati dan memberikan support sebagai salah satu bentuk kepedulian umat muslim. Karena dalam Islam sendiri kita diajarkan untuk tidak saling membenci dan harus selalu menjaga perdamaian.

Soal :
Tugas Anda adalah memberikan penilaian kritis atas tawaran hermeneutika tersebut. Bagaimana sikap Anda? Atau, menanyalah lebih jauh dan lakukan identifikasi terlebih dahulu kemungkinan adanya metode dan pendekatan lain yang berguna bagi upaya pembumian Islam di Indonesia? Coba komunikasikan hal tersebut dengan dosen dan teman-teman Anda!
Jawab :
Menurut saya ini merupakan metode yang baik dalam menyebarkan dan memberi pemahaman lebih dalam tentang Islam. Namun, perlu dipikirkan juga dampak yang akan ditimbulkan jika ini juga di peruntukan untuk masyarakat non-Islam supaya ikut memeluk agama Islam, bagaimana efek yang akan terjadi, apakah akan menimbulkan perpecahan atau tidak. Sebaiknya juga perlu dilakukan sosialisasi secara bertahap.

Soal :
Anda diminta merancang bangun sebuah proposal yang menawarkan program-program kegiatan Islam transformatif tersebut. Anda dapat memfokuskan proposal Anda hanya pada satu problem keumatan dan kebangsaan seperti Islam dan penanggulangan kemiskinan, Islam dan pemberantasan korupsi, Islam dan penanggulangan human trafficking, atau isu-isu kontemporer lain.
Jawab :
Menurut saya dari permasalahan tersebut dapat diambil beberapa langkah seperti penegasan hukuman dan peningkatan masa atau berat hukuman. Karna hukum di Indonesia ini masih sangat lemah, dan masih belum sepenuhnya terealisasikan. Hukum di negeri ini masih sangat mudah dilumpuhkan hanya dengan segepok uang dari tangan-tangan kotor. Sebaiknya perlu menghilangkan praktik-praktik seperti itu, demi memberikan efek jera kepada para pelaku dan menjadi pembelajaran bagi orang lain agar tidak melakukan tindakan yang sama.



Belum ada Komentar untuk "Soal dan Pembahasan PAI Perguruan Tinggi BAB 6 Bagaimana Membumikan Islam di Indonesia?"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel