Paper Analisa Pendidikan Kewarganegaraan | Bagaimana Dampak Konflik di Aceh dan Papua Terhadap Integrasi Nasional
Sabtu, 18 April 2020
Tambah Komentar
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang.
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya, , yang membuat imajinasi
ini mengalir deras dan berkembang luas sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Semoga tulisan ini
dapat bermakna dan dapat menjadi pembelajaran bagi pembaca.
Makalah ini telah kami
susun dengan maksimal dan mendapatkan referensi dari beberapa sumber, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,
kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Bandarlampung, 21 Maret 2020
Anggi Dwi Kurniawan
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah penduduk lebih dari 264 juta
jiwa dengan lebih dari 1.340 suku budaya yang tersebar di 17.504 pulau. Dengan
jumlah yang tidak sedikit ini Indonesia memerlukan upaya integrasi nasional
untuk memperkokoh rasa persatuan dan persatuan. Terbukti dengan banyaknya
perbedaan yang ada di Indonesia tidak mampu memecah belah antar warga
negaranya.
Namun,
belakangan terjadi tragedi yang membahayakan integrasi dan keutuhan NKRI.
Banyak kawasan di Indonesia berupaya untuk membentuk kedaulatan dan memisahkan
diri dari bagian NKRI. Mereka beranggapan akan lebih makmur, terutama hukum dan
perekonomiannya jika daerahnya dikelola secara otonom tanpa keterlibatan
pemerintah Indonesia. Salah satunya muncul Gerakan Aceh Merdeka dan Operasi
Papua Merdeka.
Hal ini tentu
menjadi masalah yang besar, mengingat betapa sulitnya untuk memperjuangkan
kemerdekaan yang diperoleh dahulu. Sedikit mengulas ke belakang dahulu Timor
Leste yang semula bernama Timor Timur juga merupakan bagian dari NKRI. Namun
mereka bersikeras untuk memisahkan diri dari Indonesia setelah merasa hebat.
Padahal segala yang dimilikinya tak lain merupakan kekayaan Indonesia.
Terbukti, saat ini Timor Leste merupakan salah satu negara miskin, di mana
hanya memiliki sumber daya alam yang sangat sedikit, yang tak mampu mencukupi
kebutuhan penduduknya.
Tentu Indonesia
tidak menginginkan kejadian tersebut terulang kembali. Pemerintah bersama
Pasukan pertahanan berupaya keras untuk menjaga Integrasi, persatuan, dan
kesatuan seluruh wilayah, dan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan Latar Belakang di atas maka penulis
rumuskan masalah ini menjadi :
1.
Apa yang melatarbelakangi Gerakan Aceh Merdeka dan
Operasi Papua Merdeka?
2.
Apa keterkaitan masalah tersebut dengan Integrasi Nasional
Indonesia?
3.
Bagaimana Solusi yang bisa dilakukan untuk menanggulangi
masalah tersebut, baik dari pemerintah maupun lapisan masyarakat?
1.3 Tujuan
1.
Untuk memenuhi beberapa
syarat dalam proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi.
2.
Mengajak pembaca untuk lebih
peduli terhadap persatuan Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gerakan Aceh Merdeka
Aceh
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di ujung utara pulau
Sumatera. Aceh merupakan salah satu daerah istimewa yang diberi otonom sendiri
oleh pemerintah Indonesia. Daerah ini memiliki kekayaan alam yang besar, juga
sumber daya manusia yang cukup memadai. Aceh juga merupakan daerah yang
menggunakan prinsip Syariat Islam sebagai landasan hukumnya. Hal ini tentu
berbeda dengan kebijakan hukum yang ditetapkan di Indonesia.
Sejak
tahun 1976 telah terjadi konflik antara Aceh dengan Indonesia yang didasari
oleh perbedaan keinginan yang ditandai dengan kemunculan Gerakan Aceh Merdeka
(GAM). GAM terbentuk salah satunya karena terjadi perlawanan terhadap Darul
Islam. Selain itu, hal yang mempengaruhi kemunculan GAM berikutnya ialah faktor
ekonomi. Ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan antara pemerintah pusat dan daerah menjadi
penyebab kemunculan GAM. Pada masa itu Aceh hanya menerima 1% anggaran
pendapatan nasional, padahal Aceh telah berkontribusi sebesar 14% dari GDP
Nasional. Hal ini membuat kekecewaan yang besar masyarakat, terutama kalangan
elite Aceh. GAM melakukan perlawanan melalui dua pola, dengan perlawanan fisik
dan strategi ekonomi-politik.
2.2 Organisasi Papua Merdeka
Organisasi Papua Merdeka (OPM)
adalah sebuah organisasi yang dibentuk pada tahun 1965 dengan tujuan menggulingan pemerintahan
yang saat ini berdiri di provinsi Papua dan Papua Barat di Indonesia, yang sebelumnya bernama Irian
Jaya agar memisahkan
diri dari Indonesia, dan menolak pembangunan ekonomi dan modernitas.
Papua merupakan daerah yang
kaya dengan sumber daya alam, termasuk bahan tambangnya. Puncak permasalahan politik di Irian Jaya bermula pada
perbedaan pandangan antara pihak Indonesia dengan Belanda di dalam KMB akhir
tahun 1949. Dalam perundingan itu pihak Indonesia dan Belanda tidak berhasil
mencapai kesepakatan mengenai wilayah kedaulatan Indonesia. Indonesia bersikeras mengkalim wilayah tersebut adalah
bagian dari wilayah NKRI. Sementara Belanda tetap tidak mau mengakuinya.
Berbagai upaya dilakukan
Belanda untuk memengaruhi penduduk Papua supaya wilayah ini menjadi bagian dari
kedaulatan Belanda. Namun, Indonesia tidak tinggal diam hingga terjadi
konflik-konflik berkelanjutan yang berlangsung bertahun-tahun dan memakan banyak
korban jiwa.
Selain itu, bentuk
ketidakadilan pemerintahan Indonesia kian memperpanas konflik ini. Pembangunan
di wilayah Papua sangat tertinggal, bahkan seperti tidak dipedulikan padahal
statusnya adalah wilayah kedaulatan Indonesia. Hal ini menyebabkan konflik ini
kian memanas dan berlanjut seiring berjalannya waktu. Juga dengan keberadaan
tambang di wilayah ini yang sebagian besar sahamnya jatuh ke tangan Amerika.
2.3 Keterkaitan Dengan Integrasi
Nasional
Pemberontakan yang
telah tejadi di daerah Aceh dan Papua memiliki pengaruh yang besar
tehadap kondisi-kondisi yang ada. Konflik yang berlangsung di wilayah ini
telah menimbulkan dampak yang parah terhadap berbagai komponen masyarakat
sipil. Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik
terhadap warga. Ribuan orang yang dicintai (orang tua, istri, suami dan
anak-anak) telah gugur mengalami penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak
yatim piatu. Ribuan orang telah kehilangan tempat tinggal dan ribuan lainnya
kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Lebih jauh dari itu, masyarakat
sipil hampir tidak memiliki akses terhadap hukum, sementara sebagian besar
lembaga pengadilan tidak berfungsi lagi.
Beberapa pengaruh lainnya yang di timbulkan dengan adanya
pemberontakan GAM dan OPM terhadap ketahanan nasional Indonesia yaitu pengaruhnya yang masuk dalam
berbagai aspek kehidupan bernegara, yang paling tampak terutama
terhadap kesatuan dan persatuan yang secara otomatis akan menimbulkan
perpecahan lalu akan memotivasi daerah lain yang mempunyai keinginan
memberontak di saat pemerintah sedang mengurusi masalah masalah
GAM. Ratusan sekolah terbakar, sehingga mengganggu proses
pendidikan yang ada diwilayah tersebut. Kerusakan sarana pendidikan
dan pemerintahan serta infrastruktur lainnya tersebut terjadi dalam
jumlah yang cukup besar. Gerakan separatis di Aceh dan Papua telah banyak
melibatkan penggunaan sumber daya nasional, dan akibatnya telah menimbulkan korban
jiwa dan harta benda yang tidak kecil jumlahnya.
2.4 Upaya Penanggulangan
a.
Upaya
penanggulangan yang dapat dilakukan pemerintah
1.
Pemulihan keamanan untuk menindak secara tegas separatisme bersenjata yang
melanggar hak-hak masyarakat sipil.
2.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik atau
separatism.
3.
Meningkatkan kualitas pelaksanaan otonomi dan desentralisasi.
4.
Mendeteksi secara dini dan pencegahan awal potensi konflik dan separatisme.
5.
Melaksanakan pendidikan politik secara formal, informal, serta melalui
media massa untuk meningkatkan rasa saling percaya.
6.
Menguatkan kelembagaan pemerintah daerah di bidang pelayanan publik.
7.
Menguatkan komunikasi politik pemerintah dengan masyarakat.
b.
Upaya penanggulangan yang dapat
dilakukan masyarakat
1.
Menanamkan
nilai-nilai pancasila dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara
2.
Meningkatkan
rasa percaya dengan pemerintah saat ini
3.
Menciptakan
kerukunan dalam bermasyarakat sehingga menimbulkan rasa nyaman untuk mempererat
rasa persatuan dan kesatuan
4.
Menghilangkan
ide-ide tentang keinginan untuk memiliki kedaulatan sendiri
5.
Ikut
serta dalam upaya bela negara
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Timbulnya
konflik di Aceh dan Papua tidak hanya terjadi karna kedaulatan Indonesia,
tetapi juga karena minimnya rasa persatuan dan kesatuan di wilayah tersebut,
sehingga mereka gencar untuk memisahkan diri dari Indonesia.
2.
Begitu
banyak dampak yang diakibatkan dengan adanya pemberontakan tersebut. Masyarakat
yang awalnya tidak terlibat dengan pemberontkan itu akhirnya ikut juga
merasakan. Misalnya, banyak yang kehilangan keluarga tercinta, sarana dan
prasarana juga ikut hacur, supremasi hukum tidak ditegakkan lagi dan lain
sebagainya.
3.
Dengan
adanya masalah ini dapat disimpulkan beberapa upaya yang dilakukan untuk meminimalisir
kejadian – kejadian seperti itu terulang kembali, antara lain :
a.
Persatuan
sebagai landasan untuk mencapai ketahanan nasional.
b.
Dari
kesatuan pandangan akan didapat ketahanan nasional yang kuat.
c.
Perwujudan dan fasilitasi berbagai forum dan wacana-wacana sosial politik
yang dapat memperdalam pemahaman mengenai pentingnya persatuan bangsa, mengikis
sikap diskriminatif, dan menghormati perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.
3.2 Saran
Sebaiknya kita lebih memahami pentingnya
persatuan dan kesatuan dalam suatu negara demi terciptanya ketahanan
nasional yang kokoh dan kuat. Serta dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari dimulai dari sejak dini.
Belum ada Komentar untuk "Paper Analisa Pendidikan Kewarganegaraan | Bagaimana Dampak Konflik di Aceh dan Papua Terhadap Integrasi Nasional"
Posting Komentar